Allohu akbar Allohu akbar Allohu akbar laillaha illalohu Allohu Akbar
Allohu Akbar Walillahilham. Gema takbir kemenangan bergema bersahut -
sahutan dari seluruh penjuru dunia tak terkecuali di Indonesia. Tak
terasa butiran air mata menetes membasahi pipi. Berbagai perasaan ikut
tercurah bersama lantunan suara takbir kemenangan. Terbayang wajah orang
terkasih, ayah, ibu, adik bagi mereka yang masih sendiri atau istri dan
anak yang tampak di pelupuk mata. Ah...indahnya andai idul fitri tahun
ini dapat berkumpul bersama mereka. Begitu kira - kira perasaan berjuta
masyarakat Indonesia yang tidak bisa berkumpul dengan keluarga saat
lebaran tiba.
Dari perasaan inilah akhirnya membawa
perantau untuk mudik ke kampung halaman. Bukan karena ingin pamer
keberhasilan namun lebih pada mengobati rindu dengan berbagai hal
seperti keluarga, kampung , teman - teman dan sejuta kenangan semasa
kecil yang seolah tetap terjaga dan tidak kita dapatkan di tanah rantau .
Mungkin
kata - kata saya terasa agak lebai bagi anda. Namun pada kenyataanya
memang seperti itu. Banyak orang rela berjubel dan bermacet - macet demi
untuk ketemu sanak saudara bahkan pada akhirnya tak sedikit pula yang
harus ngutang sana - sini demi untuk bisa mudik dan menutupi utang
setelah balik. Namun di balik rasa rindu bertemu dengan keluarga
sebenarnya ada beberapa alasan sehingga orang sampai rela harus bersusah
- susah untuk dapat mudik. Dan kali ini saya akan menulis 5 Alasan Yang Membuat Orang Selalu Ingin Mudik Lebaran.
![]() |
Image via www.fahdisjro.com |
1.Rindu Orang Tua Dan Sanak Saudara
Setelah sekian lama
terpisah oleh jarak dan waktu.Sesuatu yang manusiawi jika kita sangat
rindu dengan orang - orang terkasih. Maka tak salah rasanya jika saat
hari raya Idul Fitri menjadi momen untuk melepas rindu, dan berbagi
cerita. Karena pastinya banyak saudara lain yang juga pulang mudik.
2.Suasana kampung saat lebaran
Percaya
atau tidak suasana hari raya di kampung memang tidak dapat di gantikan
oleh gemerlapnya suasana kota. Gotong royong dan kebersamaan untuk
bersama - sama menghias kampung menjadi satu ciri yang tidak bisa di
tinggalkan menjelang Idul Fitri tiba. Dengan sukarela warga membayar
iuaran seiklasnya untuk dibelikan umbul - umbul, atau kertas warna untuk
menghias kampung. Bahkan seolah tak mau ketinggalan perantau yang tidak
dapat mudik pun ikut serta menyumbang. Meski sebenarnya mereka tidak
dapat menikmati secara langsung namun dengan media internet seolah
mereka sudah dapat hadir di tengah - tengah kampung yang mereka
rindukan.
3.Tradisi Ambengan Setelah Sholat Ied
Memang
tidak semua tempat mengadakan tradisi ambengan seusai sholat ied. Namun
hal yang sangat di rindukan bagi perantau asal Trenggalek tentu saja
nasi ambeng dengan lodho sego gurih. Sehari sebelum lebaran para ibu
biasanya sudah sibuk menyembelih ayam untuk dipanggang. Lalu ketika
malam takbir mereka tinggal memasaknya bersama sego gurih. Setelah itu
secara bersama - sama mereka membawa ambeng tersebut ke musholla atau
masjid. Dan sesusai shalat ied mereka bersama - sama membagi ambeng
tersebut. Namun kebanyakan bukan di makan di Masjid atau musholla tapi
dibawa pulang.
4.Pelepasan Balon
Dengan cara merekatkan ujung plastik satu dengan lainya dengan
bantuan api .Setelah semua platik tersambung rapi dan berbentuk balon
maka tinggal memasangkan pengait di bawahnya sebagai tempat sumbu.Agar
balon dapat terbang dengan sempurna.Untuk membuat sumbu biasanya mereka
memasukkan kain yang sudah di bentuk bulat dalam minyak tanahatau minyak
goreng .Untuk menerbangkan balon ini diperlukan beberapa orang yaitu
yang memegang balon,dan mengasapi balon sampai balon siap di
terbangkan.Ukuran balon yang jumbo kadang membuat para warga kesulitan
dalam menerbangkan balon karena itu di pilihlah sawah sebagai tempat
menerbangkan balon.Biasanya tradisi ini terjadi pagi hari setelah shokat
ied atau ketika kupatan tiba atau hari ke 7 syawal.
5.Bersilaturahmi Keliling Kampung
Hal inilah yang jarang kita jumpai saat di perantauan apa lagi jika hidup di kota. Aduuh... hal yang langka. Namun tidak demikian jika di kampung. Adalah seperti hal wajib setelah sholat ied selesai semua orang seperti serempak bersiap - siap untuk saling berkunjung kerumah tetangga. Bukan hanya kanan kiri saja namun hampir satu desa kita jelajahi untuk silaturahmi. Karena perlu tahu saja mulai berangkat jam setengah 8 pulang sampai rumah jam setengah 12 padahal cuma muteri satu kampung saja. Bayangkan bagaimana hal tersebut tidak membuat kita meneteskan air mata jika saat hari raya terpaksa kita tidak dapat pulang.
6 Tradisi Kupatan
Tradisi kupatan memang hampir ada di seluruh Indonesia. Namun hal yang unik dapat anda jumpai di Kecamatan Durenan Trenggalek. Jika orang hanya mengenal tradisi kupatan di Masjid atau Musholla tidak begitu jika di kampung saya. Kupatan didahului dengan puasa syawal nyaitu 2 hari setelah lebaran. Jadi jika rumah - rumah melakukan open house pada hari raya ke dua dan seterusnya, tidak seperti itu di Durenan. Mereka akan melakukan open house setelah hari raya ke 7 atau saat kupatan tiba. Dengan mempersiapkan ketupat sebagai menu utama dan berbagai lauk. Namun bagi kebanyakan orang ketupat dan sayur nangka muda ditemani tempe kripik.
Open house ini biasanya dilakukan mulai jam 7 sampai jam dua namun jika berkunjung ke saudara dekat jam berapapun bisa. Satu yang wajib anda lakukan ketika anda berkunjung ke tempat ini harus mau makan atau mencicipi ketupat yang disediakan.
Menurut KH.Abdul Fattah Muin pendiri ponpes Babul Ulum yang saya kutib dari Antara Jatim.com. Tradisi kupatan sendiri telah ada lebih dari 100 tahun yang lalu yaitu ketika Mbah Masir atau KH.Abdul Masyir melakukan tradisi kupatan tersebut. Mbah Masir yang seorang kiai besar di Durenan merupakan tokoh yang sangat di segani maka tak heran jika Bupati Trenggalek waktu itu juga sangat mengagumi beliau. Sehingga ketika habis sholat ied langsung di undang untuk berkunjung ke Kabupaten. Dan bersamaan itu mbah Masir juga melaksanakan puasa syawal. Ketika hari raya ke 7 baru mbah masir berkenan menerima murid dan penduduk sekitar. Tentu saja dengan ketupat sebagai jamuanya.Setelah mbah Masir meninggal di tahun 1861 hal tersebut akhirnya di teruskan sampai sekarang.
![]() |
Proses Pelepasan Balon Plastik |
5.Bersilaturahmi Keliling Kampung
Hal inilah yang jarang kita jumpai saat di perantauan apa lagi jika hidup di kota. Aduuh... hal yang langka. Namun tidak demikian jika di kampung. Adalah seperti hal wajib setelah sholat ied selesai semua orang seperti serempak bersiap - siap untuk saling berkunjung kerumah tetangga. Bukan hanya kanan kiri saja namun hampir satu desa kita jelajahi untuk silaturahmi. Karena perlu tahu saja mulai berangkat jam setengah 8 pulang sampai rumah jam setengah 12 padahal cuma muteri satu kampung saja. Bayangkan bagaimana hal tersebut tidak membuat kita meneteskan air mata jika saat hari raya terpaksa kita tidak dapat pulang.
6 Tradisi Kupatan
Tradisi kupatan memang hampir ada di seluruh Indonesia. Namun hal yang unik dapat anda jumpai di Kecamatan Durenan Trenggalek. Jika orang hanya mengenal tradisi kupatan di Masjid atau Musholla tidak begitu jika di kampung saya. Kupatan didahului dengan puasa syawal nyaitu 2 hari setelah lebaran. Jadi jika rumah - rumah melakukan open house pada hari raya ke dua dan seterusnya, tidak seperti itu di Durenan. Mereka akan melakukan open house setelah hari raya ke 7 atau saat kupatan tiba. Dengan mempersiapkan ketupat sebagai menu utama dan berbagai lauk. Namun bagi kebanyakan orang ketupat dan sayur nangka muda ditemani tempe kripik.
Open house ini biasanya dilakukan mulai jam 7 sampai jam dua namun jika berkunjung ke saudara dekat jam berapapun bisa. Satu yang wajib anda lakukan ketika anda berkunjung ke tempat ini harus mau makan atau mencicipi ketupat yang disediakan.
Menurut KH.Abdul Fattah Muin pendiri ponpes Babul Ulum yang saya kutib dari Antara Jatim.com. Tradisi kupatan sendiri telah ada lebih dari 100 tahun yang lalu yaitu ketika Mbah Masir atau KH.Abdul Masyir melakukan tradisi kupatan tersebut. Mbah Masir yang seorang kiai besar di Durenan merupakan tokoh yang sangat di segani maka tak heran jika Bupati Trenggalek waktu itu juga sangat mengagumi beliau. Sehingga ketika habis sholat ied langsung di undang untuk berkunjung ke Kabupaten. Dan bersamaan itu mbah Masir juga melaksanakan puasa syawal. Ketika hari raya ke 7 baru mbah masir berkenan menerima murid dan penduduk sekitar. Tentu saja dengan ketupat sebagai jamuanya.Setelah mbah Masir meninggal di tahun 1861 hal tersebut akhirnya di teruskan sampai sekarang.