Banyak dari wanita Korut yang berhasil meloloskan diri dari negara komunis tersebut menceritakan kisah hidupnya menjadi budak nafsu selama di Korut. Maka bukan tanpa alasan jika tinggal di negara ini bukanlah impian setiap orang terlebih wanita. Berikut 4 alasan kenapa wanita Korea Utara sangat membenci pemerintah Kim Jong Un.
1. Memperkosa Wanita Hal Wajar
Sebuah laporan dari komisaris tingkat tinggi Hak Asasi Manusia menyebutkan agen yang mengawasi pasar, inspektur kereta api dan tentara semakin sering melakukan penyerangan seksual di tempat umum. Hal tersebut dianggap biasa dan bukanlah termasuk tindak kejahatan, namun perkosaan terhadap anak di bawah umur merupakan tindakan ilegal yang dapat dijatuhi hukuman berat.Meski begitu, wanita Korut ini tetap saja melakukan aktifitas yang sebenarnya sangat merugikan mereka. Karena ekonomi memaksa mereka. Tak banyak yang bisa dilakukan kaum pria. Mereka dipaksa untuk bekerja pada negara dengan upah 100 dollar bahkan ada yang tidak digaji sama sekali. Akibatnya para wanita mengambil alih tugas mencari nafkah dengan resiko pelecehan seksual. Dengan hanya membawa tas kecil ataupun gerobak yang berisi makanan kecil mereka menjajakan dagangannya di sekitar stasiun.
Selain itu kamp - kamp penjara Korut menjadi neraka tersendiri bagi kaum wanita. Seperti di kutip dari Reuters ( 24/12/2014 ). seorang wanita yang bernama Samantha mengatakan jika jika penjaga penjara Korut yang bernama Ahn Myong Chul melakukan perkosaan secara rutin terhadap tahanan wanita. Namun begitu jika mengetahui wanita tersebut hamil korban akan dikirim ke pekerjaan tambang yang keras atau diam diam di eksekusi. Samantha menambahkan jika dalam satu masalah pernah ada seorang bayi yang lahir dari korban perkosaan dibunuh lalu dimasak dan diberikan kepada anjing.
2. Anak Sekolah Menjadi Pemuas Nafsu Pejabat
Cerita tragis ini diungkap dari para korban yang berhasil melarikan diri ke Korsel dan China. Biasanya para gadis dipilih secara acak oleh tentara maupun teman sekelas mereka. Selanjutnya para tentara melakukan penyelidikan secara rinci terhadap gadis yang dipilih. Mereka akan diperkerjakan pada lingkaran militer elit Korea Utara yang disebut dengan Gippeumjo atau pasukan kesenangan pemimpin.Pasukan yang terdiri dari 2000 wanita terpilih Korut ini selanjutnya dikirim ke Hongkong untuk mendapat pelatihan memijat, atau ke tempat lain untuk belajar bernyanyi, menari. Setelah kembali ke negerinya para Gippeumjo ini dibagi menjadi tiga kelompok khusus. Pertama, pelayan seksual. Kedua, pemberi pijatan serta yang terakhir sebagai penyanyi dan penari. Dimana hal tersebut dilakukan semi telanjang. Seperti dikutip dari News. Com.au (28/4/2016). Mi Hyang seorang gadis yang berhasil lolos ke Korsel menceritakan bagaimana ia menjadi budak nafsu Kim Jong Il ketika ia baru berusia 15 tahun.
Saat ia tengah belajar dua orang tentara langsung masuk kedalam kelas. Mereka lalu menunjuk dirinya dan mencatat asal usul keluarga dan status kwargangaraannya. Bahkan keperawanan Mi Hyang pun menjadi bahan pertanyaan. Ia menceritakan gadis terpilih harus memenuhi kriteria yang ketat diantaranya harus memiliki tiggi 165 cm, bebas dai bekas luka, harus mempunyai suara yang lembut serta yang terpenting harus perawan. Tugas para "pemuas" ini akan berhenti disaat mereka berusia 21 sampai 25 tahun.
3. Ibu Korban Perkosaan Dipaksa Membunuh Bayinya
Bukan main kejamnya para pejabat negara Korut. Bukan hanya mengeksploitasi wanita sebagai pemuas nafsu belaka, bahkan ketika hamil sampai melahirkan mereka harus mengalami penyiksaan yang tak berperikemanusiaan.Sebuah pengakuan dari seorang wanita yang bernama Je Heon - a di hadapan panel komisi PBB di Seoul mengatakan jika ia melihat seorang ibu yang dipaksa membunuh bayi yang baru dilahirkannya di salah satu penjara di Korut." Jee mengungkapakan jika ia sangat bahagia bisa melihat pertama kali bayi yang baru dilahirkan. Namun seketika kisah bahagia tersebut berubah memilukan ketika seorang penjaga meminta ibunya membunuh bayi dengan menenggelamkan ke dalam ember yang berisi air.
Meskipun sang ibu memohon agar tidak membunuh bayinya, namun penjaga tersebut tidak peduli bahkan memukuli wanita yang baru melahirkan tersebut. Dengan tangan gemetar ibu tersebut akhirnya menenggelamkan bayi tanpa dosa kedalam air. Tak lama tangisan bayi tersebut berhenti. Dan perempuan tua yang membantu kelahiran tersebut mengeluarkan jasad bayi dari dalam ember " begitu kenang Jee seorang mantan tahanan Korut. Dan hal ini sering terjadi di kamp tahanan pusat kota Chongjin dari provinsi Hamgyong.
4. Wanita Menjadi Manusia Tingkat Bawah
Pemerintah Korea Utara memberlakukan sistem Kasta dalam kehidupan rakyatnya atau disebut Songbun. Hanya saja sistem kasta didasarkan pada sejarah dan politik nenek moyang keluarga tersebut.Dalam laporan PBB yang diberitakan telegraph terdapat tiga kasta yang menggambarkan kesetiaan kepada penguasanya. Yaitu kasta Setia, bimbang, dan musuh. Lalu selanjutnya kasta tersebut dibagi lagi dalam 51 karegori untuk menentukan tingkat keistimewaan, hukuman dan pengawasan.
Kasta setia mereka yang berasal dari keturunan veteran perang dengan Jepang pada 1910 - 1945 dan juga perang Korea pada 1950 - 1953 , termasuk petani dan buruh. Kasta kedua adalah kasta bimbang terdiri dari pekerja kasar, penjaga toko, pedagang, tuan tanah, orang dengan didikan Jepang, pemalas, serta petani miskin. Sementara kasta terakhir atau musuh adalah mereka yang berketurunan pemberontak atau pernah bersekongkol dengan Jepang dalam menggulingkan kepemimpinan Kim Il Sung, termasuk keluarga pembelot pengusaha tokoh agama termasuk kaum wanita. Sebanyak 20 % wanita Korut mengalami penderitaan. Kemiskinan membuat mereka meninggalkan Korut dengan diam - diam meskipun tak sedikit yang akhirnya jatuh pada perdagangan manusia.