Image via international.sindonews.com
Dunia semakin dibuat ciut nyali dengan bom nuklir yang siap diluncurkan bagi siapapun yang menantang kebijakan Korea Utara. Sudah jadi rahasia umum jika Amerika Serikat, Korea Selatan, dan Jepang merupakan musuh bebuyutan dari rezim Kim Jong Un. Secara mengejutkan bagaimana pula Australia juga mendapat ancaman serupa. Setelah pernyataan Menteri Luar Negeri Julie Bishop dalam sebuah wawancara di radio ABC dalam program AM. Dalam wawancara tersebut Bishop secara jelas mengatakan jika program senjata nuklir Korea Utara merupakan ancaman serius bagi Australia, karena itu dia meminta masyarakat Internasional untuk melucuti senjata nuklir Korea Utara. Lebih lanjut Bishop menyampaikan untuk memberi sangsi terhadap Korea Utara atas tindakannya memiliki rudal nuklirTentu saja hal tersebut tidak bisa diterima Korea Utara, mengingat bagi negara ini rudal nuklir merupakan hak untuk membela diri dari serangan musuh - musuhnya.
Uji coba yang diakukan Korea Utara pada Januari 2016 pun semakin mempertegas bagaimana kekuatan bom hidrogen yang dimiliki negara ini. Pusat geologi Amerika Serikat ( USGS ) bahkan mencatat akibat uji coba miniatur bom Hidrogen mampu menyebabkan gempa berkekuatan 5 skala richter. Sungguh tak dapat dibayangkan bagaimana jika bom nuklir yang sebenarnya diluncurkan, rasanya negara yang terkena rudal hanya akan tinggal nama.
Semua kengerian tersebut bahkan dapat kita lihat dari pernyataan Intelijen Australia seperti dilansir Daily Telegraph Australia pada 25/4/2017. Intelijen Australia memperkirakan dalam kurun waktu 48 jam setelah rudal dan artilerinya dilepaskan maka sekitar 100.000 orang akan meninggal. Hal tersebut sangat mungkin mengingat Korut memiliki ribuan tabung artileri yang siap menembakkan amunisi ke Korea Selatan sebagai target pertamanya.
Hal inilah yang akhirnya menjadi alasan utama kenapa AS lebih mengupayakan pilihan diplomatik, sebelum melakukan tindakan milter terhadap Korea Utara.B